SuaraCianjur.Id- Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8 yang mengguncang wilayah Turki dan Suriah beberapa hari yang lalu menewaskan tidak kurang dari 12 ribu jiwa, termasuk 2 Warga Negara Indonesia.
Di sejumlah cuitan di Twitter beberapa akun memberikan analisa soal gempa Turki, bahkan beberapa di antaranya mengunggah video detik-detik gempa terjadi.
Salah satunya adalah video sambaran kilat beberapa detik jelang terjadinya gempa. Meski video itu belum bisa terkonfirmasi kebenarannya, apakah benar video sebelum gempa atau video lama.
Gempa ini telah memicu spekulasi dan teori konspirasi di media sosial, termasuk yang menyebut bahwa gempa tersebut telah diprediksi beberapa hari sebelumnya dan ada juga yang mengaitkannya dengan operasi intelijen berbasis teknologi HAARP.
Baca Juga:Lebih Percaya Survei Daripada Ramalan, Gibran: Tidak Harus Jawa Tengah
HAARP adalah sebuah lembaga riset yang didukung oleh militer Amerika Serikat dan Universitas Alaska yang berfokus pada ionosfer.
Salah satu perangkat utamanya adalah Ionospheric Research Instrument atau IRI, yang terdiri dari 180 antena radio yang memancarkan gelombang radio frekuensi tinggi ke atmosfer.
Ilmuwan akan mengamati reaksi yang terjadi di ionosfer akibat paparan gelombang frekuensi tinggi tersebut. Sementara sambaran kilat yang terjadi sebelum gempa diyakini sebagai fenomena earthquake lights atau EQL.
Fenomena ini terjadi karena beberapa jenis batuan yang bereaksi saat terjadinya aktivitas seismik, seperti batu basalt dan gabro, yang melepaskan listrik ke udara.
Fenomena ini diyakini oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dan pernah terekam terjadi saat gempa Meksiko pada 2017, gempa Quebec pada 1988, gempa Pisco di Peru pada 2007, dan gempa L'Aquila di Italia pada 2009.
Baca Juga:Apakah Orang Dewasa Bisa Stunting? Simak Pengertian, Dampak dan Cara Mengatasinya
Sedangkan penjelasan lain menyebut bahwa sambaran kilat itu terkait dengan infrastruktur kelistrikan. Diduga saat terjadi gempa, infrastruktur listrik tumbang dan rusak, sehingga memicu percikan listrik yang mirip dengan petir.
Gempa Turki sebelumnya telah diterangkan oleh pakar dan lembaga peneliti kegempaan, termasuk BMKG, sebagai hasil dari aktivitas tektonik lempeng Anatolia Timur.