SuaraCianjur.Id- Meski langit di Indonesia masih terlihat mendung, namun penggunaan tabir surya tetap dianjurkan karena paparan sinar matahari masih bisa terjadi.
Dr. Listya Paramita dari Sp.KK pada Kamis 23 Februari mengungkapkan melalui reel Instagramnya bahwa penyinaran matahari ke bumi lebih tinggi dengan sinar UVA, sehingga penggunaan tabir surya tetap diperlukan.
Menurut Dr. Mita, atmosfer bumi menghalangi sinar UV-C, mencegah sinar ini mencapai permukaan bumi.
Dikutip dari Instagram pribadi nya, “Ultraviolet C tidak sampai ke bumi karena sudah dihempaskan oleh atmosfer bumi. Ultraviolet A yang sampai ke bumi adalah 95% dari total pancaran ultraviolet A dari matahari. Sedangkan ultraviolet B yang sampai ke bumi adalah 5% dari total pancaran yang sumbernya di matahari,” ungkap dr. Mita.
Baca Juga:Nggak Suka Istri Pakai Daster di Rumah, Anang Dicibir Netizen: Patriarki Banget
Oleh karena itu, paparan sinar UVA yang sangat kuat juga dapat memberikan efek yang signifikan, terutama pada kulit. Ini karena sinar UVA hadir sepanjang hari selama ada sinar matahari.
“Dia (UVA) juga bisa nembus kaca, nembus awan, dia bisa penetrasi ke dalam sampai ke lapisan dalam kulit alias bagian dermis,” pungkasnya.
Efek dari sinar UVA untuk kulit terbagi menjadi dua, yaitu efek immediate (cepat) dan efek lambat.
Efek cepat adalah kulit yang menggelap atau gosong akibat paparan sinar matahari. Sedangkan efek lambat dari sinar UVA meliputi kerusakan DNA, elastin, dan kolagen pada kulit yang mengakibatkan penuaan dini terhadap kulit.
Dr. Mita menyarankan menggunakan sunscreen broad-spectrum yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar UVA dan UVB merupakan prioritas utama dalam regimen anti-aging. Hal ini sangat penting untuk menjaga kesehatan kulit agar tetap terawat dan tampak awet muda. (*)
Baca Juga:Hasto PDIP Akui Sempat Bertemu dengan Rommy PPP, Ada Bahasan Gabung ke KIB?
(*/Haekal)
Sumber: Instagram Dr. Mita