Harus Peduli! Depresi Mayor Adalah Penyakit Mematikan di Dunia

Merasa sangat sedih, putus asa, dan kehilangan niat untuk beraktivitas itu perlu diwaspadai. Bisa jadi terkena Depresi Mayor, kondisi ini ternyata mempengaruhi 7% orang dewasa di dunia dan tidak melihat usia, gender, atau latar belakang lainnya.

Ananda Saputra
Rabu, 15 Maret 2023 | 10:50 WIB
Harus Peduli! Depresi Mayor Adalah Penyakit Mematikan di Dunia
ilustrasi seorang wanita yang terkena depresi ((freepik.com))

SuaraCianjur.Id- Depresi mayor adalah kondisi medis serius yang memengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, termasuk cara berpikir, merasakan, dan bertindak.

Depresi mayor dapat membuat seseorang merasa sangat sedih, putus asa, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya dinikmati.

Kondisi ini memengaruhi sekitar 7% orang dewasa di dunia dan dapat memengaruhi siapa saja, tidak tergantung pada usia, jenis kelamin, atau latar belakang budaya.

Gejala depresi mayor bisa sangat beragam, termasuk perasaan sedih yang intens, merasa lelah dan kurang bertenaga, perubahan nafsu makan dan berat badan, kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak, sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan, dan bahkan pikiran atau perilaku yang mencoba bunuh diri.

Baca Juga:Baru 2 Bulan Bergabung, Ridwan Kamil Mendadak Jadi Magnet Penambahan Kader Partai Golkar

Gejala-gejala ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan dan dapat mengganggu fungsi sehari-hari.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh World Health Organization pada tahun 2020, depresi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

Studi ini juga menunjukkan bahwa sekitar 800.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri yang disebabkan oleh depresi.

Meskipun gejala depresi mayor dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, kondisi ini dapat ditangani dengan bantuan profesional kesehatan mental.

Terapi psikologis dan obat-obatan antidepressant adalah dua jenis pengobatan yang paling umum digunakan. 

Baca Juga:Investor Kasih Restu BMRI Pecah Saham

Terapi psikologis, seperti terapi kognitif perilaku dan terapi interpersonil, dapat membantu seseorang mengatasi pikiran negatif dan perasaan sedih, sementara obat antidepressant dapat membantu mengatur keseimbangan kimia di otak.

Menurut penelitian berjudul “Depression Treatment: Medication, Psychotherapy, and Electroconvulsive Therapy” yang dilakukan oleh Brown University pada tahun 2021, kombinasi antara terapi psikologis dan obat antidepressant dapat menghasilkan hasil yang lebih baik daripada hanya menggunakan satu jenis pengobatan saja.

Studi ini juga menunjukkan bahwa pengobatan yang efektif pada depresi mayor dapat mengurangi risiko bunuh diri. (*)

(*/Haekal)

Sumber: Instagram Komunitas Peduli Skizofrenia, dan Beberapa Jurnal

World Health Organization. (2020). Depression. 

Brown University. (2021). Depression Treatment: Medication, Psychotherapy, and Electroconvulsive Therapy.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Gaya Hidup

Terkini

Tampilkan lebih banyak