SuaraCianjur.Id- Deja vu adalah fenomena yang dialami oleh banyak orang, di mana seseorang merasa bahwa saat ini sedang mengalami suatu kejadian yang sebelumnya pernah dialami.
Meskipun deja vu seringkali dianggap sebagai fenomena yang aneh atau supranatural, namun sebenarnya deja vu memiliki penjelasan ilmiah yang cukup jelas.
Menurut Dr. Anne M. Cleary, seorang profesor psikologi di Colorado State University dan penulis buku "Deja Vu Experiences: Causes, Qualities, and Cognitive Mechanisms", deja vu terjadi karena adanya kesalahan dalam pemrosesan ingatan oleh otak.
"Dalam kebanyakan kasus, deja vu terjadi ketika otak menciptakan kesan bahwa sebuah kejadian baru itu sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya," kata Dr. Cleary.
Baca Juga:Tingkatkan Pelayanan Kesehatan, SILO Perluas Homecare Services
Sebuah artikel dari jurnal "Current Directions in Psychological Science" juga menyebutkan bahwa deja vu dapat terjadi ketika otak mengalami suatu situasi yang mirip dengan situasi yang pernah dialami sebelumnya.
"Ketika otak mengalami suatu situasi yang mirip dengan situasi yang pernah dialami sebelumnya, maka otak akan menciptakan kesan bahwa saat ini sedang mengalami kejadian yang pernah dialami sebelumnya. Hal ini dapat menjelaskan mengapa deja vu seringkali terjadi ketika seseorang berada di tempat yang familiar atau dalam situasi yang mirip dengan situasi yang pernah dialami sebelumnya," tulis artikel tersebut.
Namun, meskipun deja vu memiliki penjelasan ilmiah yang cukup jelas, namun fenomena ini masih menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Alan Brown, seorang profesor psikologi di Southern Methodist University dan penulis buku "The Deja Vu Experience: Essays in Cognitive Psychology".
"Deja vu adalah fenomena yang menarik dan kompleks. Meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang deja vu, namun masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk memahami fenomena ini secara lebih mendalam."
Baca Juga:Istri Dody Prawiranegara Beberkan Bukti Baru, Teddy Minahasa Makin Terpojok
Dalam penelitiannya, Dr. Brown juga menyebutkan bahwa deja vu dapat menjadi sumber inspirasi bagi para penulis dan seniman.
"Deja vu seringkali digambarkan dalam karya seni dan sastra. Fenomena ini dapat memberikan inspirasi bagi para seniman dan penulis untuk menciptakan karya yang unik dan menarik," kata Dr. Brown.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan hubungan antara deja vu dengan kondisi kesehatan tertentu seperti migrain, kejang, atau penyakit Alzheimer.
Sebuah penelitian tahun 2018 yang dipublikasikan di jurnal medis Lancet Neurology menunjukkan bahwa deja vu mungkin terkait dengan aktivitas epilepsi di area otak yang mengendalikan pengolahan informasi yang baru saja diterima.
Dr. Akira O'Connor, seorang psikolog di University of St. Andrews dan peneliti deja vu mengatakan dalam tulisannya yang berjudul "The Science of Deja Vu".
"Deja vu adalah pengalaman yang umum dan biasanya tidak mengkhawatirkan. Namun, ketika deja vu terjadi terus-menerus atau disertai dengan gejala lain seperti kejang atau sakit kepala, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter." (*)
(*/Haekal)
Sumber: Instagram iamokay.id, dan beberapa jurnal
Brown, A. S. (2004). The Deja Vu Experience: Essays in Cognitive Psychology. Psychology Press.
Cleary, A. M. (2008). Deja Vu Experiences: Causes, Qualities, and Cognitive Mechanisms. Psychology Press.
Current Directions in Psychological Science. (2012). The Neural Basis of Deja Vu Experiences: An Overview.