SuaraCianjur.Id- Revenge bedtime procrastination adalah fenomena di mana seseorang menunda waktu tidur hingga larut malam sebagai bentuk protes terhadap rutinitas harian yang sibuk dan tidak memberikan waktu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Namun, kebiasaan ini dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang secara negatif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas Amsterdam, revenge bedtime procrastination terkait dengan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi pada orang yang mengalaminya.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu tidur yang diperlukan untuk memulihkan diri dari stres dan tekanan yang dialami sepanjang hari.
Buku "Why We Sleep: Unlocking the Power of Sleep and Dreams" yang ditulis oleh Matthew Walker, seorang profesor di University of California, Berkeley, juga menyoroti pentingnya tidur dalam kesehatan mental.
Menurut Walker, kurang tidur dapat memengaruhi mood dan emosi seseorang. Ia mengatakan, "Kurang tidur membuat kita merasa lebih tertekan dan cemas. Hal ini dapat memicu timbulnya perasaan gelisah dan kemudian menyebabkan depresi."
Selain itu, kebiasaan revenge bedtime procrastination dapat memicu gangguan tidur yang serius seperti insomnia, sleep apnea, dan restless leg syndrome.
Gangguan tidur ini juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak diatasi dengan tepat.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa tidur adalah bagian penting dari kesehatan mental.
Baca Juga:Wajib Tahu, 7 Attitude yang Bikin Orang Lain Nyaman Sama Kamu
Kita harus berusaha untuk menyeimbangkan waktu tidur dan waktu bekerja, serta memberikan waktu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dalam rutinitas harian kita.
Jika revenge bedtime procrastination terus terjadi, ada baiknya untuk mencari bantuan profesional untuk mengatasi masalah tersebut. (*)
(*/Haekal)