SUARA CIANJUR - Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali, mengkritik partai politik atas kecenderungan pragmatis dan kelemahan ideologi mereka dalam merekrut calon.
Menurutnya, partai-partai saat ini cenderung menuju ke tengah dan mengabaikan ideologi, dengan fokus pada popularitas dan kekayaan calon.
“Yang lebih menarik lainnya adalah partai politik semakin menuju ke tengah, jadinya pragmatis sekali, tidak ada ideologi. Yang masih punya ideologi kuat mungkin saya kira adalah PDIP, PPP, dan Golkar. Tapi sebagian besar orang menjadi lebih pragmatis. Mereka bergulat untuk mendapatkan pemilih dengan cara cari orang (calon) yang populer dan berduit. Kenapa? Karena untuk mendapatkan pemilih itu butuh duit,” kata Rhenald, dikutip dari Youtubenya oleh tim Cianjur.Suara.Com, Jumat (25/05/2023).
Rhenald menyamakan proses rekrutmen partai dengan transfer pemain dalam klub sepak bola, tanpa mempertimbangkan kesesuaian dengan visi partai.
Baca Juga:Konser Sheila On 7 Dibubarkan Polisi, Reaksi Duta di Atas Panggung Jadi Sorotan
“Partai menuju ke tengah ini lebih mengerikan lagi. Ternyata mereka bisa mengambil anggotanya siapa saja dan ini menjadi klub sepak bola yang ada transfer pemain. Bahkan bisa menggunakan kekuasaan dan menggunakan APH (Aparat Penegak Hukum) untuk menangkap seseorang kalau dia enggak pindah ke partai Anda,” katanya.
Ia menyoroti dominasi uang dalam pemilihan umum yang membuat calon terpilih tidak dapat berkinerja dengan baik.
Rhenald menyebut bahwa untuk mencapai jabatan seperti bupati, gubernur, atau anggota legislatif, jumlah uang yang dibutuhkan sangat besar.
“Kita sudah dengar pembicaraan di publik, ini sudah jadi rahasia umum di mana-mana kalau untuk menjadi bupati paling enggak dibutuhkan 50 miliar untuk daerah tertentu, untuk jadi gubernur minimal 100 miliar, dan untuk menjadi Caleg itu diperlukan 5 miliar. Ngeri kan, kecuali Anda sudah terkenal dan punya karya di daerah Anda masing-masing,” pungkasnya.
Ia mengimbau agar pemilihan calon didasarkan pada merit dan partai politik harus melakukan pembinaan terhadap calon-calon yang terpilih.
Baca Juga:Cerai dengan Celine Evangelista, Stefan William Sudah Setahun Tak Temui Anak
“Kalau sudah ada orang (calon), pertanyaannya ada dua. Pertama, diseleksi atau tidak orang-orang ini. Kan sekolah-sekolah semua ingin membangun karakter, jadi sekolah berbasiskan karakter, tapi enggak pernah kita dengar partai berbasiskan karakter. Jadi kalau partai berbasis karakter, rekrutlah orang-orang berdasarkan sistem merit, misalnya menggunakan psikotes. Setahu saya hanya ada satu-dua partai yang menggunakan psikotes untuk merekrut,” jelasnya.
Dalam konteks terkait korupsi, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) serta Sekjen Partai NasDem, Johnny G Plate, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Ia terlibat dalam kasus korupsi penyediaan infrastruktur telekomunikasi tahun 2020-2022. (*)