Muncul Gelombang Baru COVID-19: Prediksi 65 Juta Kasus Pekan di China

Gelombang Baru COVID-19 Mengguncang China: Prediksi 65 Juta Kasus pekan. Tingkat Kekhawatiran dan Tekanan Kesehatan Meningkat.

Ananda Saputra
Minggu, 28 Mei 2023 | 14:34 WIB
Muncul Gelombang Baru COVID-19: Prediksi 65 Juta Kasus Pekan di China
Ilustrasi COVID-19. Negara China kembali dilanda Covid19 gelombang baru. Diprediksi 65 juta kasus perminggunya (Suara.com/Eko Faizin)

SUARA CIANJUR - Gelombang baru kasus COVID-19 kembali terjadi di Negeri Tirai Bambu. Pakar memperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juni 2023 dengan 65 juta kasus per pekan. 

Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang serius bagi kesehatan masyarakat dan menempatkan tekanan tambahan pada sumber daya kesehatan publik yang telah terpenuhi.

Sebagai tambahan, sekitar 85 persen dari penduduk Tiongkok atau sekitar 1,2 miliar orang, diperkirakan telah kembali terpapar virus Covid-19. 

Tingkat terpapar yang tinggi ini menjadi sumber keprihatinan yang serius, karena meningkatkan risiko penyebaran dan penularan virus dalam populasi yang luas. 

Baca Juga:Masuk Tim Percepatan Reformasi Hukum, Inilah Jejak Pendidikan Najwa Shihab

Dengan jumlah yang besar, perlu langkah-langkah yang efektif untuk mengendalikan penyebaran virus ini.

Profesor Zhong Nanshan, seorang pakar penyakit pernapasan terkemuka, telah memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai gelombang besar kasus yang akan datang. 

Dia mencatat bahwa gelombang kecil kasus COVID-19 telah berhasil diprediksi pada akhir April dan awal Mei. 

Namun, sekarang, prediksinya menunjukkan bahwa kasus akan melonjak menjadi sekitar 40 juta per pekan pada bulan Mei dan diperkirakan mencapai 65 juta kasus per pekan pada akhir Juni.

Selain itu, dalam gelombang baru ini, varian XBB diketahui mendominasi. Varian ini memiliki tingkat penularan yang tinggi dan dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada sebagian besar individu yang terinfeksi. 

Baca Juga:BRI Catat Pertumbuhan Kredit Sektor UMKM di Tengah Pemulihan Ekonomi

Kehadiran varian ini menambah kompleksitas dalam mengendalikan penyebaran virus dan membutuhkan respons yang cepat dan efektif dari otoritas kesehatan. (*)

(*/Haekal)

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Berita

Terkini

Tampilkan lebih banyak