SUARA CIANJUR - Sebelum menegaskan sikap yang tidak netral, mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo menyampaikan pentingnya kelangsungan pembangunan.
Jokowi, yang didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Deputi Bidang Protokoler, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Mahmuddin, melakukan pertemuan di ruang oval selama hampir dua jam.
Setelah pertemuan, Bey kemudian menjelaskan ucapan presiden tersebut.
Dia menyatakan bahwa penjelasan mengenai cawe-cawe (clarification, red.) ini berhubungan dengan keinginan presiden untuk memastikan bahwa Pemilu serentak 2024 dapat berjalan secara demokratis, jujur, dan adil.
Baca Juga:Komisi X Dukung Blueprint Garuda Mendunia 2045 di Bawah Asuhan Erick Thohir
Selain itu, menurut Bey, presiden juga berkepentingan agar pemilu dapat dilaksanakan dengan baik dan aman, tanpa menimbulkan polarisasi atau konflik sosial di masyarakat.
Presiden juga dinilai menginginkan pemimpin nasional di masa depan dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-skebijakan strategis seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), hilirisasi, transisi energi bersih, dan lain sebagainya.
"Presiden mengharapkan seluruh peserta pemilu dapat berkompetisi secara free dan fair, karenanya Presiden akan menjaga netralitas TNI Polri dan ASN," sebut Bey.
Pada akhirnya, Bey menyatakan bahwa Presiden menginginkan pemilih memiliki akses informasi dan berita berkualitas mengenai peserta pemilu dan proses pemilu itu sendiri.
Hal ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan Pemerintah dalam mencegah penyebaran berita palsu/hoax, dampak negatif dari kecerdasan buatan (AI), dan kampanye hitam melalui media sosial dan platform online.
Baca Juga:Isu Bahaya, Siapa Saja yang Serius Tanggapi Rumor Denny Indrayana soal Pemilu Proporsional Tertutup?
Sementara itu, terkait hasil Pemilihan Presiden 2024, Bey menyatakan bahwa Presiden akan menghormati dan menerima pilihan rakyat, serta akan memberikan bantuan sebaik mungkin dalam proses transisi kepemimpinan nasional. (*)
(*/Haekal)